LAMR Rohil: Jaga Warisan Budaya, Rawat Stabilitas Daerah

ROKAN HILIR – Di tengah dinamika politik pasca pelantikan Bupati H. Bistamam dan Wakil Bupati Jonny Charles, Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Rokan Hilir menegaskan perannya sebagai penjaga nilai, penyeimbang sosial, dan pengayom masyarakat. Sebagai institusi adat yang dituakan, LAMR mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga harmoni daerah sekaligus memperkuat ketahanan budaya Melayu di tengah arus perubahan zaman.

Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR Rohil, Datuk Juprizan, menyampaikan seruan moral kepada seluruh lapisan masyarakat khususnya generasi muda, mahasiswa, dan organisasi kemasyarakatan agar tidak terjebak dalam narasi yang memecah belah dan berpotensi menghambat konsolidasi pemerintahan yang baru berjalan.

“Sebagai lembaga yang dituakan di negeri ini, kami menyerukan kepada anak bangsa di Rokan Hilir untuk bersatu. Biarkan Bupati dan Wakil Bupati bekerja membuktikan janji pembangunan. Jangan ganggu dengan kegaduhan politik yang tidak berdasar,” ujarnya, Selasa (30/7).

LAMR Rohil turut menyoroti pentingnya menjaga ruang publik dari kabar simpang siur, tudingan sepihak, serta opini tanpa dasar hukum yang valid. Menurut Datuk Juprizan, kritik merupakan bagian dari demokrasi, namun harus disampaikan secara beretika dan melalui saluran yang sah.

“Kami tidak anti terhadap proses hukum. Jika ada dugaan pelanggaran, tentu harus diperiksa. Tapi sampaikan melalui jalur resmi, dengan bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Jangan membangun opini liar yang justru memperkeruh suasana dan mengganggu fokus kerja pemerintahan,” tegasnya.

Sikap LAMR Rohil selaras dengan langkah Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Rokan Hilir, yang terus mengajak seluruh pihak menjaga kondusivitas daerah. Kepala Kesbangpol, Indra Gunawan, SE., MM., sebelumnya juga menekankan pentingnya menciptakan iklim politik yang damai agar program pembangunan berjalan efektif dan berkelanjutan.

Bagi LAMR, stabilitas bukan sekadar urusan politik, melainkan juga fondasi utama bagi kelestarian budaya dan identitas masyarakat Melayu.

“Ketahanan budaya tidak akan hidup dalam ruang yang gaduh. Kita butuh suasana damai agar nilai-nilai adat, gotong royong, dan kearifan lokal terus tumbuh dan diwariskan,” imbuh Datuk Juprizan.

LAMR Rohil juga mengingatkan bahwa tensi sosial yang mengarah pada saling serang di media massa maupun media sosial harus segera dihentikan. Seruan ini ditujukan sebagai bentuk kepedulian terhadap citra daerah dan kehormatan kampung halaman.

“Kampung kita bukan sedang berperang. Mari kita jaga nama baik kampung ini. Jangan saling menjatuhkan. Bangunlah bersama, bukan saling melemahkan,” kata Datuk Juprizan.

Menurutnya, semangat membangun kampung tak bisa tumbuh dalam atmosfer konflik dan saling curiga. LAMR bahkan menyatakan kesiapan menjadi fasilitator yang netral dan terbuka bagi siapa pun yang ingin menyampaikan aspirasi atau menyelesaikan perbedaan secara konstruktif.

“Mari kita duduk semeja jika ada persoalan kebijakan atau kepentingan daerah. Jangan jadikan media sebagai medan perang. Kami di LAMR Rohil siap menjadi ruang damai, tempat bertukar pikiran demi solusi bersama,” ujarnya.

Sebagai lembaga adat, LAMR tidak hanya menjadi penjaga warisan masa lalu, tetapi juga penentu arah masa depan. Dalam seruannya, LAMR ingin memastikan bahwa kekuatan Rokan Hilir tidak hanya terletak pada sejarah panjangnya, melainkan pada kesadaran kolektif warganya untuk bersatu dalam nilai-nilai kearifan lokal.

Dalam pusaran dinamika sosial-politik, suara LAMR hadir sebagai pengingat bahwa membangun daerah membutuhkan stabilitas, bahwa kritik butuh etika, dan bahwa budaya adalah jangkar yang menyatukan.

( Red )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *